GadgetSquad.ID – Bisa dikatakan Indosat Ooredoo Hutchison, menjadi operator paling AI di Indonesia saat ini. Pasalnya Indosat sekarang ini gencar sekali mengembangkan ekosistem AI Tanah Air.
Terbaru, Indosat bersama perusahaan riset Twimbit resmi meluncurkan laporan “Empowering Indonesia 2025: Building Bridges of Tomorrow”.
Laporan ini menyajikan kerangka strategis bagi Indonesia untuk mencapai kedaulatan kecerdasan buatan (AI) sebagai pilar utama transformasi digital dan akselerator menuju visi Indonesia Emas 2045.
President Director & CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha, menuturkan, bahwa AI harus bisa diakses oleh seluruh masyarakat, dari Jakarta hingga Jayapura. Untuk mewujudkannya, kolaborasi menjadi kunci
“Tidak ada satu perusahaan pun yang bisa melakukannya sendiri. Ini adalah tentang bersatu untuk tujuan yang lebih besar dan menciptakan dampak dalam skala besar,” tegas Vikram.
Ia juga menyatakan komitmennya untuk mendukung Indonesia AI Center of Excellence sebagai platform kolaborasi, dengan fokus utama pada sektor kesehatan, pendidikan, dan pertanian untuk mengakselerasi target pertumbuhan PDB 8% yang dicanangkan pemerintah.
Sementara itu, Nezar Patria, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi), menyambut baik inisiatif Indosat.
Nezar mengatakan bahwa laporan “Empowering Indonesia 2025” sangat relevan dengan Peta Jalan AI Nasional yang sedang dirampungkan oleh pemerintah.
“Ada dua kata kunci yang sangat signifikan hari ini: konektivitas dan komputasi. Keduanya adalah fondasi transformasi digital Indonesia,” kata Nezar.
Adapun, laporan “Empowering Indonesia 2025” mengidentifikasi bahwa adopsi AI yang kuat dapat meningkatkan pertumbuhan PDB tahunan hingga 6,8%, mempercepat pencapaian status negara berpenghasilan tinggi lima tahun lebih awal dari target 2045.
Untuk mencapai hal tersebut, laporan ini merumuskan lima pilar utama yang harus diperkuat:
– Infrastruktur Digital yang Kuat
– Talenta AI yang Berkelanjutan
– Pertumbuhan Industri AI
– Kemampuan Riset dan Pengembangan (R&D) AI
– Regulasi dan Etika AI yang Kuat:
Laporan ini juga menyoroti tantangan yang ada, seperti ketergantungan pada teknologi asing dan risiko penyalahgunaan AI, termasuk peningkatan konten deepfake di Indonesia yang mencapai 1.550% pada periode 2023-2024.







