GadgetSquad.ID – Percepat Akses Internet di Pelosok, “Merdeka” Akses Internet di Pelosok,
Pandemi Covid-19 tak menghalangi negeri ini untuk terus melangkah, menuju masa depan yang lebih baik. Nah, masih dalam semangat Hari Ulang Tahun ke-76 Kemerdekaan Republik Indonesia, sebuah langkah besar kembali dibuat negeri ini.
Ya, Indonesia akan segera memiliki ruang kendali Satelit Multifungsi (SMF) Indonesia Raya 1 (SATRIA-1). Hal ini ditandai dengan peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate.
SMF SATRIA-1 sendiri, berlokasi di kawasan perkantoran PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) di Cikarang, Kabupaten Bekasi.
SATRIA-1 direncanakan akan memiliki 11 stasiun bumi/gateway di beberapa lokasi yang tersebar di Indonesia antara lain di Batam, Cikarang, Banjarmasin,Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika dan Jayapura.
Di Cikarang sendiri akan menjadi lokasi untuk Stasiun Pusat Pengendali Satelit Primer, Network Operation Control, dan Gateway Proyek SATRIA yang merupakan satu kesatuan dari proyek.
“Groundbreaking di Cikarang pada hari ini menandai dimulainya pembangunan stasiun bumi Proyek Satelit SATRIA pertama atau SATRIA-1, yang sekaligus menunjukkan bahwa terlepas dari situasi pandemi, upaya-upaya percepatan transformasi digital terus diwujudkan demi menghadirkan konektivitas digital di seluruh pelosok Nusantara. Melalui stasiun pengendali digital ini, Pemerintah dapat: mengendalikan dan mengawasi pergerakan Satelit SATRIA-1, melakukan manajemen jaringan agar sesuai dengan standar kestabilan layanan, serta menjadi sarana komunikasi data antara Satelit SATRIA-1 dengan bumi,” ujar Menkominfo, Johnny G Plate.
Lebih lanjut Menteri Johnny menjelaskan, kondisi geografis Indonesia menjadi salah satu pertimbangan dalam pilihan teknologi satelit, sebagai solusi telekomunikasi dalam usaha bersama untuk memperkecil kesenjangan akses broadband internet untuk menjembatani digital divide.
“Proyek Satelit SATRIA-1 ini merupakan bentuk nyata upaya Kementerian Kominfo untuk menyediakan konektivitas yang inklusif dan merata hingga ke seluruh pelosok negeri, khususnya di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T),” ungkapnya.
Achsanul Qosasi, Anggota III BPK RI mengatakan, pola-pola creative financing seperti ini kita apresiasi sebagai solusi pemerintah untuk tetap melaksanakan pembangunan di tengah keterbatasan fiskal negara. Tata kelola yang baik dan standar akuntansi keuangan negara yang mendukung menjadi keniscayaan yang harus dipenuhi.
“BPK, sesuai dengan kewenangannya, akan tetap memberikan masukan dan rekomendasi perbaikan yang berkelanjutan agar Proyek KPBU SATRIA tetap dilaksanakan dengan tata kelola yang baik, akuntabel, transparan, dan memberikan mafaat kepada warga negara Indonesia,” ungkapnya.
“SATRIA-1 akan dapat menyediakan kecepatan kurang lebih 5 Mbps/titik lokasi. Kapasitas ini untuk tahap awal akan mencukupi untuk melayani akses internet yang dibutuhkan oleh 150 ribu titik layanan publik, yang tersebar di di 93.900 titik sekolah dan pesantren, 47.900 titik di pemda/kecamatan/desa, 3.900 titik kantor polisi/TNI di wilayah 3T, 3.700 titik puskesmas/rumah sakit, dan 600 titik layanan publik lainnya,” papar Anang Latif.
Sebagai info, SMF SATRIA merupakan proyek pembangunan sistem satelit untuk penyediaan akses internet pita lebar (broadband internet access) melalui satelit untuk seluruh wilayah Indonesia.
Satelit ini dinamai satelit SATRIA dan diharapkan akan menjadi salah satu solusi bagi infrastruktur telekomunikasi Indonesia, untuk mengatasi digital gap karena satelit lebih memungkinkan menjangkau seluruh wilayah Indonesia bahkan sampai ke pelosok negeri.