GadgetSquad.ID – Akses internet yang stabil dan bisa dinikmati seluruh masyarakat Indonesia,  hingga ke pelosok terkecil, mungkin saat ini belum terwujud.

Internet sendiri menjadi salah kunci untuk Indonesia lebih berdaulat di era digital. Lalu apa yang bisa dilakukan, agar negeri ini segera berdaulat di era digital?

Dalam rangkaian Technologue Award 2024, semua itu diulik dalam diskusi GeekTalk bertema “Tol Langit Menjembatani Indonesia: Masa Depan Indonesia Berdaulat di Era Digital”.

Panelis yang hadir dalam sesi talkshow tersebut antara lain Chief of Technology Transformation Office (TTO) Kemenkes Setiaji, CEO Alita Praya Mitra Teguh Prasetya dan Syahrial Syarif, Wakil Ketua Bidang Regulasi dan Advokasi Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).

Chief of Technology Transformation Office (TTO) Kemenkes Setiaji mengungkap bahwa “tol langit” yang menyokong ekosistem digital adalah penting dan mampu meningkatkan layanan kesehatan publik di Tanah Air.

“Kita memastikan fasilitas kesehatan (faskes) bisa terhubung. Target kami seluruh faskes bisa terhubung,” ujar Setiaji. Data yang terintegrasi secara nasional diharapkan membantu layanan kesehatan, termasuk dokter yang dapat secara langsung memeriksa riwayat kesehatan pasien.

Dalam pemaparannya, Setiaji menyebut banyak faskes di indonesia yang belum terhubung ke internet. “Dari 10 ribu puskesmas, kurang lebih 700 fasilitas kesehatan yang tidak ada akses internet,” kata Setiaji.

Ia mengatakan, untuk menuntaskan masalah konektivitas secara cepat, pemerintah telah bekerjasama dengan Starlink beberapa bulan lalu. Penggunaan satelit orbit bumi rendah (LEO) dari perusahaan milik Elon Musk itu terbukti membuahkan hasil yang signifikan

“Kami diskusi dengan Starlink yang sudah ada di Indonesia. Kami uji coba di 3 lokasi (Starlink), yang satu belum ada internet sama sekali, GSM pun tidak ada. Kemudian daerah yang tengah-tengah, kemudian ada yang di perkotaan,” jelas Setiaji.

Wilayah yang menjadi uji coba Starlink antara lain Pustu Sumerta Kelod, Denpasar, mencatatkan dari 79,68 naik kecepatan internet menjadi 201 Mbps, Pustu Bungbungan, Klungkung (dari 17,73 naik menjadi 313,07 Mbps untuk LAN dan 106,92 Mbps dengan WiFi.

Selain itu, ada puskesmas Tabarfane, Maluku dari 0 menjadi 269 Mbps yang mengandalkan satelit internet Starlink tersebut. “Dengan adanya internet tadi, semua ekosistem bisa terhubung, mulai dari faskes yang jumlahnya 60 ribu dan kemudian masyarakat juga bisa akses data medical record-nya,” terangnya.

Lebih lanjut Setiaji mengungkapkan, masyarakat kini bisa memanfaatkan aplikasi SatuSehat (kelanjutan dari PeduliLindungi) untuk mengakses data rekam medis dari sekitar 38 ribu faskes yang tersebar di seluruh Indonesia. “Bukan hanya data hasil lab, tetapi juga data diagnosis termasuk berkas rontgen, kemudian memonitor persediaan obat,” tambahnya.

Tidak hanya itu, dengan memanfaatkan inovasi digital, pihak terkait dapat memonitor ketersediaan obat. Sebab, obat yang habis berimplikasi pasien tidak rutin meminum obat, sehingga resisten terhadap obat.

“Resisten terhadap obat, pasien harus ulang (meminum obat). Ini implikasi luar biasa kalau kita enggak bisa monitoring,” ungkapnya.