Xiaomi Indonesia akan segera memperkuat lini produknya dengan kehadiran Xiaomi 15T Series, yang terdiri dari dua varian utama yakni, Xiaomi 15T dan Xiaomi 15T Pro sebagai model tertinggi. Kehadiran seri ini akan membawa terobosan terbaru dari Xiaomi, khususnya pada sektor kamera, sehingga mengundang antusiasme besar di kalangan pecinta fotografi mobile di tanah air..

Menjelang peluncuran resmi, tim Gadget Squad berkesempatan untuk menguji langsung performa kamera Xiaomi 15T Series di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Pengalaman hands-on ini menjadi ajang pembuktian keunggulan teknologi kamera anyar Xiaomi, terutama ketika mengeksplorasi lanskap alam, warna, dan detail khas Sumba yang menantang smartphone kelas apapun.

Kali ini tim Gadget Squad berkesempatan untuk menguji pada varian yang “Pro”. Hasil foto yang diperoleh dari pengujian di Sumba ini memperlihatkan kemampuan Xiaomi 15T Pro dalam menangkap detail, reproduksi warna alam, serta kemampuan zoom yang impresif. Berkat OIS dan kolaborasi Leica, foto saat cahaya rendah atau pengambilan gambar bergerak tetap stabil dan tajam.

Mengusung tema “ Golden Moments at Sumba “, kami mengunjungi salah satu desa adat yang ada di Sumba yakni, Desa Ratenggaro. Perjalanan ke Desa Ratenggaro memberikan pengalaman eksplorasi budaya dan keindahan alam yang luar biasa di salah satu desa adat paling ikonik di Sumba. Desa Ratenggaro, yang terletak di pesisir selatan Sumba Barat Daya, dikenal sebagai perkampungan adat otentik yang masih memegang teguh tradisi leluhur dan spiritualitas Marapu yang diwariskan turun-temurun.

Dalam trip foto kali ini, Xiaomi berkolaborasi dengan Mahacaraka Photography Tours and Services yang berbasis di Bali, sebuah perusahaan yang dikenal ahli dalam penyelenggaraan tur fotografi yang mengedepankan eksplorasi budaya dan keindahan alam Indonesia. 

Kolaborasi ini menghadirkan sinergi sempurna antara teknologi kamera Xiaomi yang canggih dan pengalaman mendalam Mahacaraka dalam menangkap momen-momen estetis dan autentik di berbagai lokasi ikonik, khususnya di Sumba.

Sandy Wijaya adalah seorang fotografer dokumenter dan travel profesional yang tergabung dalam Mahacaraka Photography Tours and Services. Dengan pengalaman menjelajahi 92 negara, ia kerap membagikan tips fotografi yang sangat bermanfaat, khususnya ketika memotret di lokasi-lokasi eksotis seperti Sumba.

Salah satu tips penting yang ia tekankan adalah memahami latar belakang budaya dan kondisi alam setempat sebelum mulai memotret, agar hasil foto bisa lebih berarti dan autentik. Berikut adalah beberapa tips dari Sandy Wijaya yang bisa dimaksimalkan untuk mendapatkan hasil maksimal saat memotret di Sumba.

Adaptasi Budaya

Pelajari makna di balik struktur rumah panggung, simbol pada kubur batu, motif kain tenun, dan detail properti lokal sebelum memulai pemotretan. Bangun kedekatan dengan warga Ratenggaro. Sapa dengan ramah dan tunjukkan ketertarikan tulus pada cerita atau tradisi mereka sebelum minta izin berfoto. Jaga etika visual, hindari eksploitasi pose eksotis, fokus pada momen natural, ekspresi nyata, dan interaksi mereka dengan ruang adat.

Eksplor Komposisi & Perspektif

Pilih latar rumah adat beratap tinggi atau deretan kubur batu berornamen untuk membingkai subjek portrait. Komposisi leading lines dari atap rumah, tangga, atau bayangan sore akan memberi kedalaman ekstra.

Terapkan teknik “framing-in-frame”; gunakan pintu, jendela, atau celah rumah adat untuk membingkai wajah subjek demi menambah dimensi narasi. Berani eksperimen low angle untuk menonjolkan keagungan menara rumah dan karakter subjek idealis untuk portrait para tetua adat atau pemuka kepercayaan Marapu.

Cahaya: Waktu Ideal & Teknik Natural Lighting

Perhatikan cahaya, baik pagi maupun sore hari menjadi saat terbaik karena cahaya hangat otomatis mempercantik tone kulit dan relief tekstur rumah atau makam batu. Atur cahaya secukupnya dengan cara tap dan tahan pada objek di layar, lalu turunkan brightness sampai detail objek terlihat jelas tanpa kehilangan tekstur dan nuansa aslinya.

Ekspresi dan Aktivitas

Dokumentasikan momen natural, bukan hanya pose kaku. Tangkap interaksi, aktivitas sehari-hari, drama cahaya, dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Dengan hal tersebut, hal ini akan memperkuat narasi “keaslian” portrait. Selain itu, berikan ruang juga bagi subjek berekspresi bebas, baik tersenyum, termenung, tertawa, atau bahkan canggung.

Teknik Burst Foto

Teknik burst foto sangat efektif untuk menangkap momen dinamis berkuda, terutama saat kuda menerjang air dan menciptakan splash dramatis di Laut Desa Ratenggaro. Dengan burst mode, kamera akan mengambil rangkaian foto beruntun dalam hitungan detik sehingga peluang mendapatkan gambar terbaik di tengah momen cepat, seperti cipratan air yang indah, jauh lebih besar.

Post Processing

Edit secukupnya, prioritas pada koreksi warna seperti exposure dan contrast agar foto tetap memancarkan karakter original scenenya. Selain itu, hindari filter yang berlebihan atau tone yang tidak merepresentasikan suasana lokal agar terlihat nuansa otentik.

Kesimpulan

Pemotretan portrait di Desa Ratenggaro dengan Xiaomi 15 Series ala Sandy Wijaya bukan semata membawa pulang gambar indah secara visual, melainkan juga cerita tentang tradisi, spiritualitas, dan manusia Sumba yang menjunjung adat dan leluhur. Kombinasi kamera flagship, teknik komposisi, sensitivas budaya, dan storytelling visual akan menghasilkan karya portrait yang bukan sekadar aesthetic, tapi juga menjadi jembatan penghargaan lintas budaya.