Sensor IoT di area Konservasi Laskar Taman Nasional Mangrove Park Bontang

GadgetSquad.id – Jejak.in, sebagai sebuah perusahaan startup Indonesia yang menyediakan solusi berbasis Artificial Intelligent (AI) dan Internet of Things (IoT), yang juga merupakan “Partner for Social Impact 2020” Microsoft hadir untuk membantu mendemokratisasi pengimbangan karbon (carbon offset). Hal ini didasari tingginya masalah perubahan iklim dunia, termasuk Indonesia, membutuhkan aksi nyata bersama dalam penyelesaiannya.

“Indonesia, dengan sekitar 120 juta hektar lahan hutannya, berpotensi menghasilkan 28 miliar ton kredit karbon per tahun. Ini menjadi kesempatan yang baik bagi Indonesia untuk menjadi pemimpin di bidang ekonomi hijau yang berkelanjutan,“ ujar Arfan Arlanda, CEO dan pendiri Jejak.in. “Pada era di mana kita semua dapat berkolaborasi secara positif melalui teknologi, Jejak.in memanfaatkan peluang ini untuk mengajak siapa saja – baik perorangan maupun organisasi dan perusahaan, untuk terlibat dalam pengimbangan karbon. Partisipasi ini dapat dilakukan sesederhana dengan menghitung jumlah jejak karbon yang kita hasilkan dari aktivitas sehari-hari, dan mengimbanginya dengan mengadopsi pohon serta kredit karbon. Di Jejak.in, kami menghadirkan kalkulator karbon dan carbon offset marketplace untuk memungkinkan partisipasi tersebut dari mana saja dan kapan saja. Yang setiap orang butuhkan hanyalah device,” lanjut Arfan.

Sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon hingga 29% pada 2030 mendatang, Jejak.in percaya lebih banyak partisipasi semakin dibutuhkan. Oleh karena itu, Jejak.in didukung dengan cloud platform Microsoft Azure, berkolaborasi dengan sejumlah organisasi seperti MRT Jakarta, Gojek, dan One Tree Planted, untuk mempermudah masyarakat dalam berpartisipasi untuk pengimbangan karbon melalui solusi berbasis teknologi.

Baca Juga: Gelar 5G Summit Pertama, realme Siap Populerkan Teknologi 5G di Indonesia

Jejak.in bekerja sama dengan MRT Jakarta (MRT-J) menambahkan kalkulator karbon ke dalam aplikasi MRT-J mobile. Fitur ini memungkinkan pengguna MRT-J untuk menghitung jejak karbon yang mereka hasilkan dari setiap perjalanan antar stasiun bersama MRT-J. Tidak hanya itu, fitur ini juga mampu memberikan perkiraan terkait berapa banyak kredit karbon yang pengguna butuhkan untuk mengimbangi emisi karbon yang telah dihasilkan.

Dengan Gojek, Jejak.in meluncurkan fitur GoGreener Carbon Offset pada September 2020 lalu. Fitur ini membantu pengguna Gojek untuk menghitung jejak karbon dari penggunaan layanan Gojek mereka. Setelahnya, pengguna Gojek dapat mengimbangi jejak karbon tersebut dengan menanam atau mengadopsi pohon di berbagai daerah di Indonesia, seperti di Kawasan Ekowisata Mangrove Pantai Indah Kapuk (Jakarta), Konservasi Mangrove Pesisir Bedono (Demak, Jawa Tengah), dan Konservasi Laskar Taman Nasional Mangrove Park Bontang (Kalimantan Timur).

Dalam kolaborasi dengan One Tree Planted, Jejak.in membantu memantau program reforestasi 10 juta pohon di sejumlah area Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, dengan luas area pemantauan hingga 18.400 hektar. Menggunakan satelit resolusi tinggi, pemantauan dilakukan secara konsisten selama lima tahun, sehingga pada akhir tahun kelima nanti, kita dapat melihat dampak nyata pengimbangan karbon yang dihasilkan.

Untuk memberikan layanan yang mumpuni bagi seluruh mitra dan masyarakat yang ingin mengambil bagian dalam pelestarian lingkungan, Jejak.in menggunakan platform cloud Microsoft Azure sebagai back end dari seluruh solusi teknologi yang ada. Melalui Microsoft Azure, Jejak.in juga dapat mengirimkan informasi terkait status pengimbangan karbon terkini kepada pembuat kebijakan pemerintahan, sehingga seluruh anggota masyarakat dapat bahu membahu, bekerja bersama sebagai sebuah tim.

Arfan menjelaskan, “Kami membutuhkan platform cloud yang memungkinkan kami meningkatkan metode penghitungan jejak karbon dengan cepat dari berbagai kegiatan yang dilakukan banyak orang, misalnya mobilisasi dengan transportasi. Platform tersebut harus cukup kuat untuk menerima data dari berbagai titik pengumpulan data, seperti melalui telepon genggam, drone, sensor IoT, Light Detection And Ranging (LiDAR), termasuk data satelit untuk mengumpulkan dan menganalisis data ekologis. Sejauh ini, Microsoft Azure mampu memenuhi seluruh kebutuhan tersebut, sehingga kami dapat menerima banyak partisipasi dalam upaya menjaga kelestarian bumi”.

Upaya ini sejalan dengan komitmen Microsoft yang berfokus pada pengurangan krisis iklim. Seperti yang diumumkan oleh CEO Microsoft Satya Nadella dan CFO Microsoft Amy Hood pada Januari lalu, Microsoft berkomitmen untuk menjadi perusahaan negatif karbon pada tahun 2030 – yang berarti pada tahun tersebut, Microsoft akan menghapus lebih banyak karbon daripada yang perusahaan keluarkan. Selain itu, pada tahun 2050, Microsoft juga berkomitmen untuk menghapus semua karbon yang dikeluarkan Microsoft secara langsung melalui penggunaan listrik dari lingkungan.

“Kami bangga dapat mendukung Jejak.in dan berpartisipasi mengurangi jejak karbon. Kami harap semakin banyak pihak akan ikut serta dalam berbagai insiatif untuk menjaga lingkungan hidup di Indonesia yang lebih sehat. Mari mengambil tindakan positif bagi perlindungan alam dan bumi,” ujar Linda Dwiyanti, Chief Partnership Officer, Microsoft Indonesia.