GadgetSquad.id – Sukses sebagai pemimpin pasar, Nokia mengalami nasib sial harus terpuruk dan tersingkir di persaingan pasar smartphone. Bermodal nama besar, Nokia mencoba bangkit lagi dengan akan meluncurkan sederet smartphone terbaru tahun ini.
From zero to hero, istilah yang sering terdengar ini juga berlaku untuk vendor ponsel Nokia. Dari vendor yang belum dikenal, Nokia mulai menguasai pasar ponsel mulai 2003 hingga beberapa tahun selanjutnya. Bahkan sampai muncul istilah ponsel sejuta umat.
Setiap keluaran ponsel terbaru Nokia selalu laris manis, bak kacang goreng. Yang lebih anehnya lagi, mau seperti apapun desain ponsel Nokia kala itu, tetap saja diburu pengguna, hanya untuk agar tidak disebut ketinggalan tren. Ini mengingatkan pada ponsel Nokia tipe 3650 yang menampilkan tombol keypad berbentuk memutar lingkaran. Di mana secara penggunaan terasa lebih merepotkan dibandingkan keypad biasa. Namun nyatanya ponsel ini sukses di pasar dan ludes terjual.
Nokia kala itu begitu digdaya dengan sistem operasi Symbian-nya, bahkan bisa dikatakan terdepan untuk saat itu. Apalagi didukung dengan jumlah ponsel Nokia Symbian yang sudah sedemikian banyak digunakan oleh pengguna ponsel. Belum lagi ketersediaan ribuan aplikasi berbasis Symbian. Terkesan kekuatan Nokia sepertinya sulit untuk diruntuhkan. Ketersediaan ponsel yang banyak, sistem operasinya yang sudah familiar dan jumlah aplikasi yang bervariasi, menjadi pondasi kokoh bagi Nokia.
Tapi siapa yang sangka nasib bisa berbalik. Kedigdayaan Nokia ternyata semua itu mampu diruntuhkan oleh strategi Google. Raksasa internet itu sengaja membuat Android bebas untuk digunakan oleh vendor manapun. Tujuannya agar penggunaan sistem operasi ini bisa menyebar luas. Atau dengan kata lain, Google mencoba menghimpun kekuatan dengan para vendor-vendor ponsel lain untuk bisa merobohkan kekuatan sang penguasa pasar. Dan kini upaya mereka berhasil. Benar saja, kini hampir semua vendor ponsel mengadopsi sistem operasi berlogo robot hijau ini. Hal ini tentu membuat ketersediaan ponsel bersistem operasi Android juga semakin membludak.
Seiring dengan pertumbuhan ponsel Android yang kian tak terbendung, Nokia pun tersudut di persimpangan jalan. Mereka dihadapkan pada dua pilihan. Mempertahankan kekuatannya dengan tetap mengembangkan ekosistem sistem operasi sendiri agar bisa membendung Android, atau justru ikutan mengadopsi Android ? Dan akhirnya Nokia memilih bertahan pada kekuatannya sendiri, dan berhadapan dengan Android.
Nokia terkesan gengsi mengadopsi sistem operasi Android. Namun Nokia bukannya mengembangkan sistem operasi Symbian-nya, justru mematikan sistem operasi ini. Nokia sebenarnya sempat mencoba mengembangkan sendiri sistem operasi terbaru, yang dinamakan MeeGo. Namun akhirnya Nokia lebih memilih menjalin kerjasama dengan Microsoft pada tahun 2011 untuk mengembangkan sistem operasi baru, yaitu Windows Phone. Di mana kala itu, Microsoft juga memilih untuk meninggalkan sistem operasi Windows Mobile.
CEO Nokia kala itu, Stephen Elop, menjelaskan bahwa keputusan memilih Windows Phone diambil bukan tidak berdasar. Nokia menghindari untuk berkompetisi dengan para vendor yang mengusung Android. “Dengan bermain di lini Windows Phone, maka jalur Nokia untuk keluar sebagai pemimpin di platform yang berbeda lebih terbuka lebar, mengingat tidak banyak vendor yang menciptakan produk berbasis Windows Phone” ujar Elop yang sebelumnya berposisi sebagai salah satu petinggi di Microsoft.
From hero to zero
Kejatuhan vendor asal Finlandia ini sudah terlihat dari awal. Yaitu sejak Nokia memutuskan bekerjasama dengan Microsoft dan menunjuk Stephen Elops, yang merupakan orang Microsoft, menjadi pucuk pimpinannya. Sebelum menjadi orang nomor satu di Nokia, Elop merupakan bagian dari tim Microsoft.
Di tahun 2010, ia dipercaya untuk mengangkat kembali kejayaan Nokia. Strategi yang ia ambil yaitu dengan mengandalkan sistem operasi Windows Phone, yang notabene merupakan produk mantan perusahaannya. Tiga tahun berselang, Elops akhirnya ‘menjual’ Nokia ke Microsoft. Dan Elops ditunjuk sebagai Executive Vice President, Microsoft Devices Group. Meski akhirnya setahun kemudian Elops malah meninggalkan Microsoft.
Ponsel berbasis Windows Phone sendiri juga hingga kini tidak mampu menempel ponsel Android maupun iPhone yang berbasis iOS. Dan Nokia pun kini kondisinya mati suri di bisnis ponsel.
Dan akhirnya Nokia benar-benar bertekuk lutut pada kehebatan Android. Nokia mulai melirik OS Android untuk masuk ke dalam ponselnya. Meski terlihat agak malu-malu, Nokia tampaknya kepincut pada pasar Android yang semakin membesar.
Pada kuartal pertama 2014, vendor ini meluncurkan ponsel dengan dua platform, salah satunya yaitu Android. Ada tiga seri ponsel yang diperkenalkan, yaitu Nokia X, X+ dan XL. Ketiga ponsel ini memiliki dua tampilan user interface (UI), selain UI bawaan Nokia, juga bisa di-switch ke tampilan Android.
Namun Nokia masih terlihat setengah hati mengadopsi Android. Karena tidak full memanfaatkan sistem operasi ini. Di ketiga ponsel seri X itu, Nokia tidak menghadirkan Google Service yang biasa ada di ponsel Android (Gmail, Google Maps, Chrome, YouTube, Hangouts, Google+, Google Drive, dan Google Search). Termasuk tidak menyediakan menu Google Play Store, hanya sekedar menyediakan link akses untuk bisa menginstall aplikasi Android. Efeknya ponsel yang sempat dianggap sebagai gebrakan Nokia ini, tidak laku di pasaran. Sejak itu nama Nokia mulia memudar.
Nokia sebenarnya tidak sepenuhnya menghilang. Di bawah kendali Microsoft, masih muncul ponsel Nokia, termasuk di pasar Indonesia. Tapi seakan sadar diri, Nokia tidak bersaing di pasar smartphone, melainkan di feature phone. Sederet ponsel feature phone Nokia yang sempat dirilis di pasar Indonesia antara lain Nokia 105, 230, 222, 215 dan 216. Tapi dengan harga yang murah , sekitar di bawah Rp 1 juta, untuk sebuah feature phone, keuntungan yang diperoleh dari per unit produk tersebut terbilang tipis. Mau tidak mau harus mengejar jumlah penjualan produk yang masiv untuk mendapatkan pendapatan yang besar. Tapi itu pun juga sulit, karena kini pengguna sudah banyak yang beralih ke smartphone.
Mencoba Bangkit
Menyadari potensi yang masih terpendam, Nokia pun menyatakan niatnya untuk kembali mengeluarkan smartphone terbaru di tahun 2015. Hal itu diungkapkan sendiri oleh Nokia CEO kala itu, Rajeev Suri. “Nokia akan kembali bersaing di bisnis smartphone” ujarnya. Namun keinginan itu masih terganjal. Setidaknya Nokia baru bisa kembali muncul di pasar smartphone di penghujung tahun 2016. Ini lantaran Nokia harus sabar menunggu hingga bisa lepas dari ‘cengkaraman’ Microsoft.
Seperti diketahui divisi mobile phone Nokia sudah diakuisi oleh Microsoft pada tahun lalu, tepatnya pada April 2014. Salah satu perjanjian akuisisi tersebut, berisi ketentuan bahwa Nokia tidak boleh menggunakan mereknya, Nokia , untuk produk smartphone hingga kuartal keempat (Q4) 2016. Merek Nokia juga tidak boleh digunakan untuk produk feature phone (ponsel non smartphone) hingga 10 tahun.
Setelah sempat tertunda, tahun 2017 nampaknya akan manjadi sejarah baru bagi industri smartphone. karena Nokia telah mengkonfirmasi bahwa mereka akan kembali meluncurkan produk smartphone.
Mulai tahun 2017 disebutkan Nokia akan memakai brand Nokia beserta bebebrapa paten yang sudah disiapkan untuk beberapa produk yang akan mereka buat. Bekerjasama dengan pabrikan smartphone ternama, Foxconn sebagai R&D dari produk mereka, Nokia akan benar-benar serius untuk kembali membawa kejayaannya kembali.
Smartphone Nokia pertama pada tahun 2017 nanti akan menggunakan OS Android sebagaimana diharapkan oleh pengguna setianya yang sejak lama. Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Akhirnya Nokia membuktikan ucapannya, untuk kembali bertarung di bisnis smartphone dengan perangkat berbasis Android.
Jagoan Android pertama dari Nokia tersebut diberi label Nokia 6. Lisensi brand Nokia telah diserahkan Microsoft kepada HMD yang juga berbasis di Finlandia. Nokia menunjuk HMD untuk membuat dan mengedarkan smartphone-nya dengan sistem lisensi. Terkait harga, Nokia 6 akan dijual dengan harga USD 246, atau sekitar Rp 3,2 juta. Nokia 6 sendiri dibuat oleh Foxconn dan dijual pertama kali untuk pasar China.
Namun langkah Nokia untuk kembali bangkit ternyata masih gontai. Ini terlihat dari jeda yang cukup lama (hampir setahun) dari mulai perkenalan Nokia 6 hingga produk ini resmi dijual. Ini dinilai Nokia sudah kehilangan momentum produknya.
Apakah Nokia mampu meraih kembali kedigdayaannya ? Tampaknya tidak semudah itu, meski nama besar Nokia masih cukup bergema. Karena mengandalkan nama besar saja tidak lah cukup. Sudah banyak yang bisa menjadi contoh kasusnya. Begitu pula produk yang bagus pun akan percuma tanpa dibarengi dengan strategi jitu di tengah persaingan smartphone yang makin ketat. Kita tunggu saja seperti apa upaya Nokia untuk kembali menjadi vendor sejuta umat.