GadgetSquad.id – Belakangan ini muncul banyak keluhan dari para penjual di beberapa pusat perbelanjaan, yang menceritakan jika kini transaksi jual beli semakin sepi. Contohnya di pusat grosir Tanah Abang yang biasanya ramai, kini kondisinya semakain sepi pembeli, padahal sebelumnya selalu ramai. Tren jualan di TikTok pun dituding jadi penyebabnya.

Sebenarnya tren penjualan online sudah berlangsung lama dari beberapa tahun lalu. Sebut saja toko online seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak atau bahkan Kaskus yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Hanya saja baru belakangan ini efeknya baru terasa yang membuat pusat-pusat penjualan offline semakin sepi. Dan ini berbarengan dengan tren jualan di TikTok yang semakin ramai khususnya live shopping atau jualan secara live.

Meski demikian, demi mendapatkan cuan maka para penjual yang sebelumnya terbiasa jualan secara offline di toko, kini mau tidak mau harus mengikuti tren jualan online termasuk jualan secara live, salah satunya jualan di TikTok. Ini karena memang belakangan ini tren jualan online sedang ramai digandrungi banyak pembeli. Kini banyak para penjual yang selain menjual barang dagangannya di toko, juga sekaligus melakukan jualan online dan live di tokonya.

Tips Jualan di TikTok Bisa Ramai Pembeli

Meski sudah mengikuti tren jualan online termasuk jualan secara live, nyatanya banyak penjual yang masih mengeluh karena ternyata tetap saja jualannya masih sepi pembeli. “Padahal saya sudah coba jualan di TikTok secara live sampai berjam-jam dalam satu hari, tetap saja sepi, yang nonton paling hanya 1 sampai 5 orang, bahkan sering juga tidak ada yang nonton” ujar salah satu penjual.

Keluhan ini pun terungkap pada acara talkshow “Dampak Social Commerce Pada UMKM di Indonesia” yang diselenggarakan Forum Wartawan Teknologi (Forwat) beberapa waktu lalu (15/9/2023).

Dalam acara tersebut diantaranya dihadiri oleh Ignatius Untung Surapati – Pengamat dan Ahli Ekonomi Digital. Mendengar keluhan dari para penjual yang belum berhasil berjualan secara online, menurut dia baik berjualan secara offline atau online tidak ada jalan singkat untuk sukses. “Berjualan secara offline juga sama kok, pelan-pelan merintis akhirnya baru besar. Awalnya buka toko pagi..tutup malam..belum ada pembeli baru ada orang yang tanya-tanya tapi tidak beli… sampai akhirnya ada yang beli dan akhirnya tokonya laku” ujarnya. Jadi menurutnya biar bisa sukses, maka harus konsisten. “Di online juga begitu, harus konsisten biar bisa ramai pembeli” tambahnya.

Baca juga : Sosial Commerce Bikin UMKM Merana atau Sebaliknya?

Lebih lanjut Ignatius menambahkan, dari konsistensi tersebut juga bisa sekaligus membangun reputasi dan personal branding untuk mendapatkan kepercayaan pembeli. “Jika sudah konsisten dan reputasi terbangun maka pembeli akan percaya untuk membeli. Dan ini persis juga dengan jualan offline” jelasnya.

“Jadi bagi penjual yang belum ramai jualan online atau livenya, yang penontonnya cuma puluhan bahkan cuma satuan, harus konsisten dan memangun personal branding.” tambah  Ignatius. Lebih lanjut dia mengatakan sebenarnya para penjual juga sudah tahu ilmu ini karena konsepnya sama antara jualan offline dan online. “Tinggal dilakukan saja saat coba berjualan online dan harus sabar.” katanya. 

Hal ini ternyata juga diamini dan sudah dibuktikan sendiri oleh Andre Oktavianus pemiliki toko Kiminori Kids yang berjualan pakaian anak kecil. Tadinya Andre juga pemilik toko offline yang mencoba untuk berjualan online, salah satunya jualan di TikTok secara live. 

Andre yang juga hadir dalam acara talkshow yang digelar Forwat ini menceritakan hal yang sama apa yang dirasakan banyak penjual yang baru pertama kali ikut berjualan secara online. Menurut ceritanya dia mulai berjualan online terutama di jualan di TikTok secara live itu sejak September 2022. Awalnya sama, yang nonton bisa dihitung dengan jari, bahkan sering kali tidak ada yang menonton sama sekali. “Selama 3 bulan itu saya jualan secara live kayak orang gila ngomong sendiri di depan hape..sering tidak ada yang nonton. Tapi saya terus saja lakukan secara konsisten. Hingga akhirnya di Desember 2022 mulai ada yang beli”. Lebih lanjut Andre menceritakan, mulai dari situ jualannya di online semakin ramai. Bahkan kini dari yang sebelumnya belum memproduksi sendiri pakaian anak, sekarang sudah bisa memiliki konveksi sendiri.

Talkshow Jualan di Tiktok (2) (1)

Kalah Saing dengan Artis yang Jualan Online ?

Selain keluhan jualan online dan live yang masih sepi pembeli, di acara talkshow tersebut, juga terungkap masalah lain, yaitu artis-artis yang ikut berjualan online atau jualan di TikTok secara live. Hal ini menurut banyak penjual yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi mengapa jualan live sepi penonnton.

Ini karena para artis yang sudah terkenal dan juga memiliki banyak penggemar bisa dengan mudah berjualan online. Para pembeli tentu akan lebih tertarik dan percaya untuk membeli barang yang diijual artis.

Menurut Ignatius, asumsi tersebut tidak sepenuhnya benar, ini didasarkan pada kenyataan yang ada. “Contohnya penjualan live di Tiktok yang paling tinggi omzetnya itu bukan artis yang jualan, tapi Koh Cun…dia bukan artis”. Lebih lanjut menurutnya, kenapa Koh Cun yang bukan artis bisa paling sukses jualan live, karena dia konsisten berjualan live dan terus membangun personal brandingnya.

Meskipun begitu Ignatius juga tidak menampik jika artis yang ikutan berjualan live itu ada pengaruhnya terhadapa persaimgan jualan live. “Tapi kita juga tidak bisa mengatur atau melarang artis ikut berjualan live. Yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan anjuran kepada artis yang bersangkutan untuk tidak terlalu mendominasi” tutup Ignatius.